Alis is Everything


Foto ini diklik saat acara sirkum massal Reuni Perak Smansa '91 Makassar. Sebagai korlap acara sirkum saya sibuk mondarmandir urus ini itu di sana sini.
Kalo mengoceh dan kegiatan makan bisa menghilangkan lipstik, maka acara sirkum sudah jelas bisa mengaburkan alis!!
Cari saja di mana hubungannya, yang jelas ini terjadi padaku.
Sama dengan hujan yang dapat melenyapkan lukisan alis 😊☔😊☔😊☔

Alis itu buatku kadang jadi obat PD
Bila pagipagi melukis alis OK, maka seharian bawaannya hati senang
Jadi usahakan keluar rumah dengan alis tercentang bagus.
Kalau sudah periksa pasien, kegiatan mencuci tangan di wastafel adalah juga kegiatan mengecek alis.
Jadi kalo 10 pasien poli maka 10 kali juga saya mengecek alis.
Kegiatan yang aneh.

*Kandatto'ka kalo kalian juga tidak begitu, hai parampuangparampuang pamode!!

My Blood for Others


The differences make things beautiful. And its not necessary for worrying about being different. I've learned that the traits we'd rush are actually  everyone desire. People always covet what they don't have. That's why you should say, 'I'm proud of myself and I love the way I made."

My First Ompong


Karena libur sekolah maka setiap hari sejak minggu lalu saya disuruh ikut pergi ke tempat kerja Ibu, Papa atau Puang Ibu. Bergantiganti. Siapa saja di antara mereka yang waktu dan pekerjaannya ringan hari itu, saya akan ikuti sepanjang hari.
Kadang di RS tempat mereka bekerja banyak juga anakanak dokter atau perawat yang ikut orangtua mereka, akhirnya saya punya beberapa teman, kadang lebih muda dari saya, sepantaran atau lebih kakak. Bila kebetulan tak ada anakanak, saya bermain dengan perawat yang juga sedang ringan pekerjaannya. Mereka menemani saya ngobrol atau menggambar.
Sebelum ke RS saya dibekali makanan dan minuman, buku cerita atau buku gambar plus klerwarnanya, kata Ibu supaya tidak rewel dan mengganggu orang lain. Tapi sebenarnya saya lebih suka main kelereng, main gambartempel/wayang atau kejarkejaran dan main petakumpet dengan temantemanku itu. Kadang juga saya mengambil kertas yang banyak tertumpuk di atas meja atau di dalam lemari lalu melipatlipatnya menjadi pesawat terbang yang kemudian kutiup dan kulayangkan ke depan. Pesawat kertas akan terbang indah akibat tiupanku! Betulan! Coba saja melempar tanpa ditiup, pesawat akan jatuh dan tak jauh melayang. Musti kutanyakan ini bagaimana mekanismenya pada Papa suatu waktu kelak.
Tak bisa kutanyakan pada Ibu, karna Ibu kadang cerewet memeriksa kertas pesawatku, katanya, "Attiiiiisssss.... dari mana lagi kau ambil itu kertas? Janganjangan kertas penting buat akreditasi!!!"
Apa itu akreditasi? Musti kutanyakan juga pada Ibu suatu waktu kelak.
Ibu juga suka mengomel kalau saya ketahuan naik di brankar untuk menerbangkan pesawat. Dia selalu takut saya jatuh. Padahal mustinya dia berpikir, bagaimana bisa menerbangkan pesawat bila tempatnya tidak tinggi. Langsung jatuh ke lantai toch! Tidak melayanglayang dulu.

Nah, hari ini saya direncanakan untuk ikut Ibu ke RS. Tadjuddin. Setelah mandi, saya duduk di depan TV menunggu Ibu siap.
Tapi tibatiba Puang Ibu menyuruhku untuk ikut dengannya ke Dadi, tempat kerja Puang Ibu. Katanya, "Ayo ikut sama Puang Ibu ke Dadi, sebentar kita pergi cabut gigimu, lalu kita pergi makan gadogado!"
Ah.... enaknya itu gadogado, saos kacangnya banyaaaak, telurnya 1 dan kerupuknya lebaaaar.....
Tapi cabut gigi? 
Saya berusaha menolaknya, takut, kataku, "Ikut Ibu saja, Puang Ibuuuuu..... cabut gigi sakiiiiit"
"Tidaklaaaah.... itu gigimu sudah goyang toch, cuma sedikit digoyang saja akan tercabut. Lagipula gigi di belakangnya sudah tumbuh, kalo tidak dicabut bisa jadi seperti giginya Barong yang  bersusunsusun. Ayoooo, baru kita pigi makan gadogado!"
"Ibuuuuuu....." seruku meminta pertolongan Ibu. Tapi rupanya Ibu setuju dengan perintah Puang ibu. Saya menyesal tadi tidak ikut Papa saja. Ibu betulbetul payah nih, tidak berusaha menyelamatkanku sedikit pun!

Akhirnya waktu cabut gigi pun tiba
Tidak usah saya ceritakan betapa sakitnya saat gigi itu ditarik keluar.
Padahal sebelumnya dikasi jelly strawberry dulu yang kata dokter gigi supaya waktu giginya keluar tidak nyeri.
Huh.... apaan tidak nyeri, it's nyeri sekali!! It's very very nyeri!!
Saya berteriak kaget, "AAA........!!!"
Trus saya disuruh gigit kapas.
Supaya tidak berdarah. Semua orang tertawa dan bertepuk tangan.
Kata mereka, saya anak pintar, dan berani, dan jagoan, dan kece (yang di belakang itu saya saja yang tambahkan, supaya lebih OK)
Tapi sebenarnya saya kecewa..... 
Gigiku ompong, sakit dan tidak dijajanin gadogado, karena tidak bisa mengunyah!!
Sepertinya saya tertipu!
Hm.... tapi saya tidak boleh terlihat cengeng, saya musti cerita ke Ibu dan Papa kalo saya berani, cuma berteriak sedikit. Sedikit sekali....
Waktu sekecil saya, pasti mereka takut sama yang namanya dokter gigi deh!
Pasti mereka mengkerut dan menangis sejadijadinya bila diajak ke dokter gigi. Tidak seperti saya. Saya yakin itu.

*besok musti jadi pigi makan gadogado
*mudahmudahan tidak tertipu lagi

RAPORT


Raport berasal dari bahasa Belanda, artinya laporan, berisi barisan angka atau huruf hasil pekerjaan dan penilaian. Baik buruknya hasil tersebut adalah simpulan dari rentetan testes.ulanganulangan.ujianujian selama ini.
Raport itu dibagikan tiap akhir catur wulan atau semester, sesaat menjelang libur
Jadi bisa dikatakan angka di Raport dapat menentukan kita bisa bersenangsenang selama liburan atau tidak
Bayangkan kalau raport jelek, pasti dapat omel orangtua,
"Kok angkanya rendah?"
"Kenapa kamu tidak ranking?"
"Apa saja yang kau pelajari selama ini, sampai angkamu jelek?"
Orangtua yang mengajukan pertanyaan seperti ini mungkin tidak pernah menganalisa :
- apa penyebab nilai anaknya rendah
- kenapa anaknya tidak ranking
- apa saja yang dipelajari anaknya selama ini
Dan pertanyaan yang paling penting adalah : ORANGTUA KE MANA DAN NGAPAIN AJA SELAMA INI ??
Sistem sekolah juga mungkin perlu dicermati, apakah perlu betul ranking itu?
Untuk apa ranking diadakan?
Kenapa musti dipertandingkan?
Kementrian Pendidikan perlu lebih teliti mengamati, bahkan bila perlu mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak. Kita perlu mempertimbangkan apakah tidak lebih baik kalau diseragamkan saja semuanya : ranking dihapus saja. Institusi yang bergerak di bidang pendidikan pun tentunya bisa lebih fokus pada kemajuan individu (anak) dari waktu ke waktu, bukan memperhatikan ranking yang naik turun di antara siswanya.
Ingat, anak adalah individu.
Anak bukan orang dewasa dalam bentuk mini.
Setiap anak adalah istimewa?
Setiap anak sama hak dan kewajibannya di sekolah, juga dalam hal bermain dan bersenangsenang dengan kawan seumurannya.
Dan, selayaknya, ini bukan untuk dipertandingkan.
Bukan untuk diranking :
menjadi yang paling pintar di kelas,
nomor 2 terpintar,
nomor 3,
sampai anak yang terbodoh di kelas (bisa saja, bila memang diurut)

Perasaan menjadi ranking 1 pastinya senang, karena misalnyaaaaaa...... mendapat hadiah setumpuk buku cerita yang dibeli di Gramedia Pasar Senin lantas ditraktir di restoran Sate Betawi terenak seJakarta, boleh minum teh Sosro sampai 2 botol pun PapaIbu okeoke saja
Tapi proses menuju ke ranking itu panjang, sosodara sekalian, berliku, sulit, terjal (apaan sih....) Syukursyukur bila saat ujian tidak sakit.
Trus bagemana perasaan anakanak lain yang mau juga merasakan jadi ranking 1? Seandainya bisa bergiliran atau bergantian....

Banyak cara untuk melatih semangat berkompetisi.
Anakanak yang suka menari atau menyanyi atau melukis atau kesenian lain dikumpulkan, dilatih bersama, lantas dipertandingkan.
Anakanak yang hobby berdebat (tidak termasuk mendebat orangtua dengan kepala batunya) dikumpulkan dalam tim debat, dibimbing lalu dipertandingkan.
Anakanak yang jago fisika, kimia, matematika, bahasa Arab masingmasing dipertandingkan (mudahmudahan tidak ada pertandingan fisika-kimia-matematika dalam bahasa Arab, sulitnya itu!!)
Anakanak yang suka olahraga saling diperlombakan.
Bahkan anakanak yang tidak suka semuanya, boleh dudukduduk di tepi lapangan menjadi Tim Hore, yang yelyelnya paling oke juga mendapat hadiah....
Semua senang
Semua bahagia

Oh ya jangan lupa, anakanak itu harus dipersiapkan pula mentalnya sebelum bertanding, sapatau ternyata kalah!
Mereka yang kalah harus dibesarkan hatinya bahwa walaupun tidak menang mereka adalah orangorang pilihan dari sekolah mereka, mereka tetap yang terbaik!

Untung saja sekolah Attis tidak menganut paham ranking ini
Mereka percaya semua anak istimewa, semua mendapat perhatian yang sama banyaknya.
Orangtua tidak dikumpulkan dan diumumkan siapa yang menjadi yang terbaik semester ini, tapi orangtua dipertemukan satu persatu dengan wali kelasnya, kami ngobrol soal angkaangka anak, soal tingkah laku mereka, soal perkembangan mereka selama 1 semester ini.
Angka yang tercantum di Raport pun adalah akumulasi monthly test dan ulangan semesternya
Dan disajikan dalam 3 lajur angka : angka standar sekolah, angka pribadi anak dan angka ratarata kelas.
Saya sebagai orangtua sangat senang dengan metode ini, apalagi melihat angka anak yang hampir semua jauh di atas ratarata standar dan ratarata kelas,
Saya ngakak ketika tau angka Mandarin Attis standar saja, tapi tertutupi oleh angka Sciencenya yang tinggi. Di situ saya makin yakin kalau dia bukan orang Tionghoa, tapi aseli Belanda (lho....).
Saya jadi tau bahwa dia sangat cepat menangkap pelajaran Ilmu Pasti dibanding yang lain
(mungkin bisa saya mulai mencicil peralatan kedokteran untuk Attis mulai sekarang!!) --> sabar Ibuuuuuuu.......
Saya juga tidak merasa perlu tau anak saya ranking berapa atau siapa anak terpintar di kelasnya karena itu tidak penting buat saya, buat sekolah, buat anak.

Begitulah
Itu pengalaman pertama saya menerima raport semester kelas 1 SD untuk Attis.
Ini foto tadi pagi waktu sedang antri.
Mudahmudahan selalu begitu
Dia tetap pintar, sehat dan selalu bahagia
Dan saya tetap narsis....

Need Vacation !!


When a very busy week just killed me!
Heeeeeeelppppp!!
#needvacation

#mercurekuta
#baliindonesia

Hmmmm....


Kalo jam segini masih di RS kemungkinannya adalah :
1. Hujan keras dan tidak adami petepete lewat
2. Terkunci di dalam OK
3. Akreditasi

*Akre ini menyeksakuh......

Rujak!


Akreditasi ini menyiksaku
Harus standby di kantor ndak boleh pecicilan ke manamana

Rujak ini menyiksaku
Ada di depanku di dalam ruanganku tapi belum sempat dimakan karena sibuk urus akre
 


Akreditasi ini menyiksaku
Karena ketentuan di OK tidak boleh ada piring/sendok/kompor/dapur

Semua sudah disembunyi di tempat aman oleh perawat OKku
Jadinya ndak bisa makan rujak toh
Rujak ini menyiksaku....

#lovelovelove


My lunch date today
#lovelovelove

Keep Calm and Play Music


Ada cerita sedikit,

Dahulu kala, di abad yang lalu, ada seorang anak perempuan yang tergilagila pada musik, bermimpi jadi pemusik, pemain gitar, pemain piano, pemain biola, pemain gendang, penyanyi, apa saja.... pokoknya ada hubungannya dengan nada dan irama.

Kelas 2 hingga 4 SD, dia sempat sekolah siang di Madrasah dekat tempat tinggalnya. Di pagi hari dia pergi bersekolah umum, siangnya sekolah mengaji hingga dekat waktu maghrib. Di sana selain belajar mengaji, membaca huruf gundul, menghapal ayat dan syariah, dia juga belajar memainkan rebana. Rebana gendang yang terbuat dari kulit kambing dan rebana ketimpring/krecekan yang tebuat dari logam yang bila digoyangkan akan menimbulkan bunyi krincing yang cukup nyaring. Rebana adalah alat musik perkusi yang diperlukan untuk keperluan shalawat atau apalah namanya waktu itu (kalau sekarang sih nashid/nasheed/acapella). Dengan iringan hentakan rebana dan alat musik lainnya terlantunlah lagu dan pujipujian pada Yang Kuasa. Selain itu acara adat seperti pernikahan atau penyambutan tamu di daerah juga menggunakan alat ini sebagai tetabuhan.
Udztas Goni dan Udztas Jaelani, dua bersaudara pemilik madrasah selalu menyambut anakanak di depan pintu kelas setiap pukul 2 siang. Mereka melewati kedua Guru itu sambil mengucapkan salam lantas masuk ke dalam kelas. Tidak mencium tangan karena sudah berwudhu, lalu kelas pun dimulai. 
Hari mengaji adalah dari Senin hingga Jumat. Setiap hari mereka membaca dan menghapal ayat sebanyak yang Udztas minta, membaca huruf gundul dan mempelajari tafsirannya. Tidak setiap hari mereka diberi pelajaran membunyikan rebana pun mendendangkan nasheed. Tiap tiba waktu bershalawat pun lebih sering Udztas yang menghentakkan tetabuhan pengiring nada.
Tapi bila kelas sudah usai, anakanak boleh meminjam alat musik itu dan membunyikannya perlahan sambil menyanyikan lagu apa saja. Tidak bisa lama karena waktu maghrib cepat tiba. Bila sudah harus beranjak pulang maka anakanak menyalami udztas, mengucapkan salam dan mencium punggung tangan kanan salah seorang guru agama yang masih menjaga mereka sampai bubar itu. Tangan udztas harum sekali, wanginya merasuk tajam, meninggalkan jejak memori di gyrus otak si anak perempuan tersebut dan pastinya juga pada temantemannya. Lama berselang sejak itu, barulah mereka tau, bahwa tangan yang wangi itu disiram dengan harumharuman dari Tanah Arab, baunya sama dengan minyak yang dilabur ke batu Kabah, sama dengan wangi yang tercium bila kita masuk ke toko parfum di Mekkah dan Medinah. Kelak di kemudian hari, saat mengaromai wangi seperti itu lagi, langsung terkenang guru mengaji yang tangannya harum dan memainkan rebana dengan penuh semangat
Sesampai di rumah, karena masih terbawa adrenalin dan kadang wewangian dari bekas salaman di Madrasah, biasanya si anak perempuan masih menggumamkan lagulagu terakhir dan lemari pembatas kamar antara ruang tamu dan ruang makan menjadi sasaran. Menjadi gendang yang ditabuh.
Kadang diakhiri dengan baik, kadang pula berakhir dengan omelan Ibu atau Papanya yang menyuruh shalat maghrib.

Saat duduk di kelas 5 SD si anak perempuan dikenalkan dengan gitar klasik. Seorang kakak sepupunya memiliki gitar Yamaha klasik dan sangat piawai memetiknya. Si anak perempuan pun diajar memainkan lagu Happy Birthday dan Burung Kakatua.
"Kapan saya bisa main seperti Abang?" tanyanya bila si Abang mempertontonkan keahliannya.
"Sabaaaar.... semua ada waktunya, belajar yang gampang dulu..."
Dan gitar pun berpindah tangan
Menjadi milik si anak perempuan dan jrengjreng sendiri dengan modal jago-gitar-dengan-jurus-tiga-chord.
Inipun kadang berakhir baik, namun sayangnya, lebih sering berakhir dengan kalimat ini, "Main gitar teruuuuus.... ko mo jadi pengamenkaaah? Belajar!!"
Itu titah. Harus dilaksanakan. Belajar!! Belajar! Belajar.
Syukur, si anak perempuan itu sempat mengenyam kursus gitar di Yamaha Music School selama 8 bulan, bahkan sempat manggung di acaraacara sekolah SMP dan SMAnya
8 bulan? Delapan bulan? Iya hanya 8 bulan yang sempat diikutinya karena diakhiri oleh Papanya yang tidak mau mengantar kursus lagi.
"Kenapa kau kursus di Radio Madama?" tanya Papanya
"Radio Madama di lantai 3 Pa, kursus musiknya di lantai 2" jawab si anak perempuan
"Bukannya Yamaha itu toko alat musik saja?" tanya Papanya lagi
"Iya, tokonya di lantai 1 toh Pa, ituuu ..." tunjuknya melalui kaca toko, "Kursusnya di lantai 2"
"Tapi tidak ada temanmu Papa lihat..."
"Ada Papa..... kursusnya di lantai 2....."
Dan tidak lama berselang, berhentilah semuanya.

Perkenalan dengan  keyboard juga melalui seorang kakak sepupu. Dia memiliki sebuah keyboard merk Roland. Si anak perempuan selalu merengek diajar dan sedikit banyak ilmu pun berpindah. Ilmu turunan otodidak sebetulnya. Karena modalnya hanya bukubuku belajar keyboard sederhana dan buku lagu yang sedang trend di masa itu dari Gramedia. Namun karena si Abang lebih piawai mengiringi menyanyi, maka si anak perempuan itu pun lebih senang beryanyi akhirnya. Jago-keyboard-dengan jurus-5-chord pun sudah cukup untuk saat itu.
Kelas privat keyboard 3 bulan pernah pula dia ikuti. Ini punya tantangan yang berbeda.
Si anak perempuan sudah tumbuh besaaaaarrrrrr....... sudah nikah dan punya anak malah! Jadi sudah wanita, bukan anak perempuan kecil lagi.
Papanya pun sudah tak ada, tak ada lagi yang melarang main musik.
Tapi kursus yang hanya 3 bulan itu kadang dipenuhi dengan rasa frustasi berkepanjangan.
Jemari wanita ini tidak selentur jemari anakanak kecil lagi
Jemarinya sulit disuruh menari di atas tuts. Otak pun agak guncang bila disuruh bertugas lebih, antara motorik tangan kiri yang harus menekan chord dan tangan kanan yang bertanggungjawab untuk melodi, serta menghapal paduan nada yang timbul dari beberapa tuts yang ditekan sekaligus. Juga uruturutannya, manalagi tempo dan iringan background instrumennya.... aaah......  
Manalagi saat jam kursus usai, dia keluar dan bertemu dengan anakanak kacuping yang juga baru bubar dari kelas sebelah, tatapan mereka menghujam sampai dalam dada, nyaris tiba di tulang belakang, saat mereka mencocokkan buku mereka yang ternyata sama dengan buku yang wanita itu pegang. Tak ada anak kecil yang ditunggu, tidak pula sedang mengantar kursus anak tetangga.......
"Tante kursus juga?"  .... aaah.....

Maka dengan kesadaran penuh, wanita itu menetapkan bahwa petualangannya memainkan alat musik mungkin memang hanya sampai level 3 atau 5 chord saja.
Mungkin lebih baik dia jadi penyanyi!!
Dan foto di atas adalah foto pemain keyboard yang kelak akan mengiringi wanita itu bernyanyi.
Dia sudah menawarkan diri kok, "Ibuuuuu.... kalau Attis sudah pintar main, Ibu menyanyi dan Attis main kibor toh Ibuuuu......"
Senang kan.
Gantunglah citacitamu setinggi langit
Urusan tercapai atau tidak, tergantung Yang Maha Penentu saja
















December Can't Stop My Selphie!!


Time flies...
December has come!!
Mudahmudahan semuanya lancar, minyaknya ilang, senyumnya sempurna, sakkulunya hilang, tetap sehat, tetap bahagia

Ibu dan Attis


Digambar tepat setahun yang lalu 28 November 2014
Dan disodorkan dengan penuh cinta oleh my very gagah boy : Attis
Katanya, "Ibuuuu, ini ibuuuu..... ini Attis...."
Can you see that I am wearing a very beautiful necklace?
Oh my Attis, you are my priceless long necklace, I keep you around me, in front of my beating heart, near to my twin lung, and always in my mind

Hi From Us

Hi from us
Location : COT Chief Room
                RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar

Thinking Out Loud

"Thinking Out Loud"
(Ed Sheeran)

When your legs don't work like they used to before
And I can't sweep you off of your feet
Will your mouth still remember the taste of my love?
Will your eyes still smile from your cheeks?

And, darling, I will be loving you 'till we're 70
And, baby, my heart could still fall as hard at 23
And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe just the touch of a hand
Well, me - I fall in love with you every single day
And I just wanna tell you I am

So honey now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
I'm thinking out loud
Maybe we found love right where we are

When my hair's all but gone and my memory fades
And the crowds don't remember my name
When my hands don't play the strings the same way
I know you will still love me the same

'Cause honey your soul could never grow old, it's evergreen
And, baby, your smile's forever in my mind and memory
I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe it's all part of a plan
Well, I'll just keep on making the same mistakes
Hoping that you'll understand

That, baby, now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
Thinking out loud
Maybe we found love right where we are

So, baby, now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Oh, darling, place your head on my beating heart
I'm thinking out loud
But maybe we found love right where we are
Oh, baby, we found love right where we are
And we found love right where we are

9 Taong Sudah


Rindu paskali deng dia
9 taong sudah dia pigi kastinggal beta
Lha masih jalas kaingatang dia pung baehati,
dia pung kasisayang,
dia pung palukang,
dia pung cikulucikulu voor beta (itu kagiatang aneh, kastempel dahi deng dahi, dia bilang, "Ciiikulucikulu' ini anaknya Papa, pintar lebe pintar dari beta eee, bae lebe bae dari beta eee, sayang Agi eeee..."),
dia pung tagas,
dia pung parhatiang,
dia pung gaya,
dia pung cara bajalang,
dia pung cara tasanyong,
dia pung cara baganggo,
dia pung baehati (ini su ditulis partama maar seng cukup, harus baulangulang)

Tuang Allah eee... dia ada baebae di sana to, bajanji jua voor beta kase tampat par dia yang bae eee...., yang tarang... yang sajuk, yang paling bagus eee....
Umpama beta bole kiring polo ciong voor dia, kase sampe jua Tuang eee....
Beta rindu paskali...

Sunholiday


Sunholiday @ Taman Wisata Bintang Galesong Takalar

Paris dan Friday 13th


Sebenarnya tidak terlalu suka Perancis dibanding negara Eropa lainnya.
Mungkin karena orangnya yang menurutku kurang ramah dibanding other europeans, bunyi bahasanya yang indah tapi sama sekali tak kumengerti selain je t'aime, atau karena 2 kali ke sana tidak pernah tinggal lama hingga tak kenal betul.

Apapun itu, Paris Attack semalam sungguh membuat gundah hati.
Korban yang terluka (>200 org) dan korban tidak selamat (150 orang) hanya masyarakat sipil dan turis yang tidak berdosa, tak punya sangkutan apapun dengan peneror
Sedihnya...
Headline di manamana bunyinya begini :
France has declared a national state of emergency and tightened borders after at least 150 people were killed in a night of gun and bomb attacks in Paris (141115)

Saya mau tanya, itu rombongan teroris yang meledakkan diri dengan bom di badannya, ada otak dan hatinya?
Sapatau kepalanya kosong dan hatinya sudah hilang.
Kejamnya mereka.

Tahanan Kota


Hai from Penjara
Tahanan dengan no. 27
*biasanya Sabtu mallagalaga saja...

HKN 51, 12112015


With a black ribbon circling my left arm, because something sad happened before
Doctors are accused in Gratifications problems
Doctors are suspected with many troubles
People did not know what the real story, what is in the real life of each doctor.
A young doctor died a day before HKN, in the middle of duty in Dobo Island, Aru, Maluku
It's very sad because he's just arrived there on May 2015, he's very smart, very humble and looks very happy to lived there with the locals.
When he's sick, the friends want to evacuated him to the bigger Island but he got worst rapidly, though the speedboat was ready to carry him.
He died then

Doctors are ordinaries, could in a happy, sad, healthy, sick conditions in a big town or in Indonesia's rimland out there
So please take a minute to think before say something judging, in this case, about doctors
Many of us are still work even in the bad circumstances bad environtment, we work in the rule, mingled with others without specialities, doing the job, looking for a happy and secure life as a doctor.
And a black ribbon circling our left arm said so

Gratifikasi = Anugrah ???


Apa itu gratifikasi?
Kalo anugrah mah saya tau : Anu Gratis Hahaha....
Kalo di kamusnya netizen maka anugrah itu ditulis gini :
Anugrah (noun) : barang dan jasa dari pihak pemberi yang berpindah dengan gratis (tidak perlu biaya dan atau barter barang) ke pihak penerima yang tentunya sangat bergembira
Lha kalo gratifikasi? Mungkin sama saja arti dan metodenya.
Pun berbeda, hanya di pemerannya saja.
Kalo anugrah dilakoni oleh saya dan bangsa alay lainnya, sementara kalo gratifikasi diperankan oleh orangorang yang lebih intelek.

Yayaya.... saya memang penerima anugrah/gratifikasi ini
Sejak dulu
Di sini saya mau membuat pengakuan
Pengakuan dosa
Dosa yang nikmatnya tiada tara
Lha bayangkan saja, hari geneeee dapat sesuatu gratis, ah.... nikmatnya....
Wong sekarang BAK saja musti bayar eee... jadi nikmat toh kalo gratis

Gratifikasi ini sudah diperkenalkan sejak dulu pada saya.
Yang saya ingat, orangtua saya sering menasehatiku begini, "Apa yang kita dapatkan hendaknya merupakan hasil usaha kita sendiri, jangan mengharap bantuan ataupun bersandar pada orang lain!"
Papa sangat keras dalam hal ini, ujarnya, "Jang suka pi batadatada mulut ka orang!!!"
(Jelas itu bahasa Belanda, jelas sekali...!!)
Artinya, jangan pernah pergi tadah mulut ke orang lain, jangan pernah minta makan ato barang gratisan dari orang lain, tidak boleh berharap sama orang lain!
"Jang parnah pasang muka kasiangkasiang ka orang!!"
Artinya, jangan pernah menampakkan wajah kesusahan pada orang lain, jangan pernah mengharapkan belas kasihan orang lain...

Tapi kenyataannya dalam aluralur berkehidupanku sering saya mendapat gratifikasi itu.
Mungkin gaya saya gaya batadatada mulut kali ya ato muka saya muka kasiangkasiang
Entahlah

Yang jelas saya adalah pelakon gratifikasi, tojengka!! Sumpah!!

Saat bertugas sebagai dokter PTT di Majene, saya sering diberi minyak kelapa (minyak Mandar) sama orang, gratis!
Tak terhitung jumlah kelapa, pisang, labu, pepaya, ikan asin, telur ikan tuingtuing (ikan terbang) untukku selama 3.5 tahun bertugas, gratis!! Sampai kadang kalo saya mau pulang ke Makassar, saya ndak pamit sama tetangga atau orang Puskesmas, karna kalo minta ijin tibatiba ada karung berdiri berisi kelapa atau dos berisi ikan asin bambangan yang beken itu.

Cerita lain terjadi saat naik bis Makassar-Majene atau sebaliknya, tak terhitung berapa kali saya dapat gratisan Roti Maros, salak pinrang atau jagung rebus! Kalau supir bis yang memberi berarti "jatah supir" itu karena bis berhenti istirahat di toko atau los penjual buah, biasanya kubalas dengan memberikan sepapan atau 2 papan vitamin. Kalau sesama penumpang bis yang membayari biasanya karena dia mantan pasien atau kawan kenalan. Senang kan....

Trua saat makan di restoran, pas mau membayar, ternyata bill sudah dibayarkan oleh entah siapa tadi, kadang pasien, kadang anggota DPR, Bupati, kawan kenalan dll
Kalo sudah gini kadang menyesal tadi pesan makanannya hemathemat!!

Belum lagi undangan makan gratis ke berbagai acara, nikahan, sunatan, akikahan, masuk rumah baru, naik jabatan, sampai takziah!!
Aaaah... pigi tadatada mulut duluuuuu.... ndak perlu masak kitaaaa....
Trus kalo pulang dari acara, biasanya ada rantang berjal an di belakangku!!
Rantang besar isi bermacam makanan pesta, bisa untuk makan 2 hari sebagai bujang lokal tempo itu!!
Ihhiiiii.... ndak masak 2 hari kitaaaaa!!

Waktu sekolah bedah, setelah selesai bantubantu dokter konsultan operasi, biasanya diajak makan, gratis!!
Ya iyyalah....
Atoooo langsung dikasi duit sama beliaubeliau itu, pemberian itu diawali dengan pertanyaan, "Ko sudah makan? Ambil ini duit ko pi makan eee....!"
Senangku! Karna biasanya duit berlebih sehingga bisa mengajak kawan makan berdua atau bertiga.
Ato bisa buat beli blus 1!! Biar ndak makan, yang penting gaya dengan baju baru toch!!
Sebagai anak sekolah, itu merupakan anugrah terindah
Sungguh!

Saat harus membawa tugas pendidikan pun kita sering menerima gratifikasi, karena bisa sekalian jalanjalan dengan fasilitas anugrah. Transport, makan minum, hotel, kadang dapat duit buat beli oleholeh juga dari konsulen. Yang penting tugas selsai dan tidak malumaluin.
Senangnya!

Nah ini bagian yang paling hot!
Saat temanteman dari perusahaan farmasi yang biasa disebut detailer ato agen representative mendatangi kami.
Ehm.....
Ada yang mau minum dulu? Sapatau haus!
Ato mau BAK dulu? Sapatau kebelet!
Selesaikan saja dulu minum ato ke belakangnya, nanti baru saya cerita lagi!

Nah, jadi, mereka itu datang, kadang bawa martabak, kadang nasi goreng
Hot kan??
Gratis!!
Dimakan bersama sambil ceritacerita ngalorngidul
Kadang mereka menawarkan sesuatu yang tidak dapat saya tolak rasanya.
Ikut acara ilmiah gratis!
Imingiming yang sangat menggiurkan, bukan?
Bagaimana menolaknya? Bisakah kita menolaknya? Mampukah?
Padahal katanya sih ada dana peningkatan SDM, dana ikut acara ilmiah yang dibolehkan. Dan ada Undangundang yang mengaturnya. Lagian kami dokter Indonesia dituntut mengumpulkan poin SKS untuk membuat ijin praktek. Bila poin ridak cukup, tak bisa mengurus perpanjangan registrasi dokter (STR)
Jadi?
Begini caranya, bisalah kita tanyakan apa yang harus dibalaskan ke perusahaan farmasi itu. Bagaimana persyaratannya.
Karena kadang mereka menganggap itu "hutang" kita pada mereka.
Bila dokter menerima ajakannya, maka harus memakai obat milik mereka ke pasienpasien. Hitunghitungannya ada, kata mereka.
Tentunya itu mengikat!
Pelajari obatnya, pelajari sendiri, selidiki dengan membaca dan membaca lagi, pakai ilmu Farmako, jangan belajar dari mereka saja, karna pasti keunggulan obatnya saja yang diutamakan. Selalulah berhatihati.
Bila kalian tak mau terikat, jangan terima mereka
Jika tak mau berhutang, sebaiknya dibicarakan di depan.
Kalau tak mampu membebani diri jangan cobacoba!

Pakai otak
Pakai hati
Pasien yang terindikasi perlu obat tertentu, cari dulu obat generik atau obat yang masuk formularium asuransi. Bila tidak ada, maka jejerlah obatobat paten itu, cari yang paling rendah harganya, pemilihan in a row, tidak pakai imingiming, tidak pakai hutang!
Ilmu farmakologi dipertajam lagi. Pelajari apa kelebihan dan kekurangan 1 jenis obat dengan nama yang berbedabeda.
Ada obat generik dengan harga murah efeknya lebih bagus ke pasien, ada pula obat paten dengan harga menjulang tokcermantep menghalau penyakit. Apa boleh buat kalo sudah begini. Yang penting itu yang terbaik.
Gila aja rasanya, memberikan tambahan penderitaan membeli obat pada pasien yang memang sudah sakit kasiaaaang.....
Coba liat dong pung muka kasiangkasiang itu eeee....
Mestinya ada welas asih kita sebagai dokter yang menangani pasien.

Itu resepku.
Begitulah.
Selama ini berhasilberhasil saja.
Saya bisa senangsenang saja.
Tanpa beban, tanpa hutang.

Jadi, jangan sampai gratifikasi itu menyiksa saya
Awas saja!
Tidak mau saya.
Bisa bangun Papa dari kuburnya kalo saya anehaneh.
Didatanginya saya, melotot dan bilang, "Kanapa Papa mati, ko jadi gila? Ko su seng punya hatikah?"
Yang ditanyakan hati bukan otak. Karena otak selalu ada di kepala apalagi selalu dipakai buat berhitung, tapi hati kadang sembunyi di belakang rusuk, lupa diingat dan tidak diindahkan
Pasti begitu, pasti!

Jadi tenangtenanglah wahai Dokter Indonesia, semua ada jalannya, terang lampunya, indah warnanya bila otak dan hati dipakai
Iman, ilmu, amal padu mengabdi
Insya Allah yang terbaik hasilnya.

Pita Hitam di HKN ke-51



Ndada baju hitamku
Jadi pita hitam saja tambah senyum yang mudahmudahan manis

#SelamatHariKesehatanNasionalIndonesia
#Dokterberduka
#RIPdrDiondiPulauDobo

Dan Cecarlah Kami


Ini foto kemarin, pas Hari Pahlawan 10 Nopember 2015
Ini foto kami, sebagian kecil dari 155 orang Orbita FKUH'91, yang sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, dalam dan luar negeri, hm.... bahkan beberapa dari kami sudah mendahului kami ke alam lain.
Kami menyempatkan diri berkumpul di suatu sore mengadakan arisan, memperkuat silaturrahim, saling berkabar satu dengan yang lain, bercerita soal kawan, keluarga dan pasien.
Janjinya sesuai undangan jam 4, tapi yang lucu, kami tidak datang bersamaan, ada yang beda semenit, 2 menit, stengah jam, bahkan ada kawan yang sudah pulang baru kawan yang lain datang.
Kenapa begitu?
Karena urusan kami sebelum dan sesudah acara ini bedabeda.
Ada yang mesti menyelesaikan poli dulu di siang hari, ada yang mesti visite pasien dulu, ada yang mesti tuntaskan operasi, ada yang harus urus anak dan suami dulu baru bisa bebas ke arisan, lantas ada yang buruburu pergi karena sudah ditunggu pasien di tempat praktek, atau di meja operasi!!

Memang yang tampak di luar adalah kami semua tersenyum, ketawa, bahagia.
Kalian mungkin tidak tau apa yang kami lewati seharian ini, hanya agar kami bisa bertemu dengan kawan sahabat hanya selama setengah jam itu!!
Memang yang kelihatan hanya baju yang bagus dan warnawarni.
Kalian mungkin tidak mengerti kenapa kalo kalian berada di dekat kami, kami (saya ji barangkali ini di'!!! Nanti marah kawankawanku :D ) ternyata sangat sakkulu, karena baju yang dipakai menjelang maghrib itu adalah baju yang dipakai sejak pagi dan sudah diajak thawaf dan sai' keliling RS!!

Sudah berhari, berbulan, bertahun, kami membaca dan mendengar di berbagai media soal profesi dokter yang disorot, disudutkan, dicecar...
Ah, kalian tidak pernah tau apa yang kami alami sesungguhnya setiap waktunya.
Media sering menceritakan berlebih suatu kejadian, bagus kalo positif, tapi kalau negatif, maka hancurlah kami. Karena kami sulit mengelak, sulit membela diri.
Karena bila kami membela diri, kami harus punya waktu dan tenaga ekstra untuk itu.
Bila kami mogok, pasien bisa terlantar toch.
Maka kami dengan kesadaran penuh, sangat menghindari aksi mogok.
Pun itu terjadi, maka kami sudah mengatur sedemikian rupa supaya pelayanan di RS tetap berjalan. Tidak pernah ada RS ato puskesmas atau balai kesehatan yang kosong dengan sengaja akibat cecaran orangorang pada profesi kami.
Pun masuk media, maka ya itu tadi, semua berlebihan diulas.
Kami juga harus percaya bahwa pejabat dari perkumpulan kami atau senior yang duduk di pemerintahan mampu menyelesaikan masalahmasalah kami secepatnya.

Hari ini kami, untuk kesekian kalinya, mendengar berita meninggalnya adik kelas kami di Dobo kepulauan Aru, akibat kecurigaan infeksi viral Post Morbili yang menyebabkan penurunan kesadaran (gejala radang otak/Encephalitis)!!
Ya Allah, dia baru saja pergi menunaikan tugas pada bulan Mei 2015 ini di sebuah pulau kecil di dekat Papua sebagai tugas awalnya menjadi dokter, dia hanya ingin membantu masyarakat di sana.
Ya Allah, ampuni dosanya, lapangkan jalannya, mohon berikan tempat terbaik bagi adik kami almarhum dr. Dionisius Giri Samudra (Andra) FKUH 2009.

Beberapa bulan lalu, kami mendengar seorang adik kami sedang hamil 7 bulan didiagnosis Leukemia. Penanganan yang sulit dihadapkan padanya, antara menunggu waktu kelahiran yang normal namun membahayakan si Ibu yang semestinya segera dikemoterapi, atau terminasi kehamilan saat 7 bulan itu. Dan si Ibu memilih untuk menunggu sang bayi lahir pada waktunya!!
Alhamdulillaah 2 minggu lalu si bayi lahir dan si Ibu sekarang mendapat terapi untuk penyakitnya.

Dua minggu lalu ada dokter yang ikhlas menyumbangkan satu ginjalnya untuk anaknya. Rela melewati nyeri dan rasa seram saat operasi. Ikhlas menerima kenyataan ginjalnya tinggal satu dan harus dipelihara sebaikbaiknya.

Dokter itu manusia biasa.
Bisa sehat dan tertawa, bisa sakit dan parah bahkan meninggal.
Kasusnya banyak, kawan, hanya tak sempat diangkat saja.
Tidak menarik buat dibahas detail. Yang menarik adalah :
Ternyata gaji dokter sangaaaaaaat tinggi (Iyakah? Keponu anuuuu...)
Ternyata ada namanya gratifikasi dari perusahaan obat (lihat definisi gratifikasi dan UU yang mengatur pemberian dana tsb!)
Ternyata sekolah kedokteran mahal dan setelah wisuda para dokter itu menghalalkan segala cara untuk balik modal (piciknya bila ada dokter yang demikian. Mudahmudahan tidak ada)

Ah... kalian tidak paham apa yang sesungguhnya kami lalui
Kalian tidak mengerti cerita sebenarnya selain yang dibaca di koran, di medsos, di TV, dll
Detailnya ada, kawan....
- Mulai dari kami lulus ujian masuk FK,
- Kelaskelas kedokteran yang amat panjang dan melelahkan,
- Kehidupan sebagai koasisten di RS dengan makan dan tidur yang tidak teratur,
- Selesai sekolah harus ujian kompetensi,
- Dapat penempatan di RS dengan fasilitas yang minim,
- Dapat Puskesmas di daerah yang masih menggunakan kelapa, pisang, ikan atau hasil bumi lainnya sebagai alat barter jasa pelayanan dokter
- Harus naik turun gunung dengan berjalan kaki ke wilayah daerah tertinggal di pelosok desa, kadang berkuda, atau menyeberangi sungai dan laut
- Harus berpisah dari keluarga saat menimba ilmu di negeri orang,
- Saat harus duduk di kursi pejabat dan membawa aspirasi seluruh dokter Indonesia,
- Masalah jasa medis yang tidak sesuai tarif pelayanan, dan tidak adanya transparansi keuangan dari jajaran direksi
- Terpaparnya kami dengan darah/penyakit yang diderita pasienpasien kami,
- Debaran jantung saat mengiris tubuh pasien dan berusaha menyembuhkannya,
- Masalah seorang dokter yang sementara melakukan operasi pasien anak dan di rumah anaknya sendiri sedang demam (bagus kalau rumahnya di sebelah RS, anak dekat saja.... lha kalau anaknya ada di seberang lautan, piye???)
- Kadang kami harus bertemu dengan masyarakat yang menganggap kami superman/woman yang harus melayani 24 jam,
- Perasaan yang tersayat saat pasien tidak sembuh,
- Dst dst dst.....
Kami melalui dan merasakannya, kawan
Walaupun mungkin apa yang kami alami itu tidak bermakna bagi perputaran dunia

Kami mungkin hanya jadi Pahlawan bagi sebagian orang yang sudah pernah kami 'touch', karena kami sadar semua itu adalah kehendak Tuhan. Semua yang terjadi adalah atas kuasaNYA.
Jadi mohon jangan anggap kami dewa,
Jangan pula anggap kami penjahat.

Kami hanya manusia biasa dengan sekian banyak problema hidup seperti orang lain.
Kami hanya ingin hidup tenang seperti orang lain, supaya bisa melaksanakan tugas sebaikbaiknya.
BTW, selamat Hari Kesehatan Nasional 12 Nopember 2015

Demam dan Belajar




Sudah sarapan, sudah minum obat, sudah cuci badan, sekarang waktunya belajar Mandarin
Mudahmudahan besok ndak demam dan ulangannya lancar

Masih Demam



Pagi ini saya masih demam
Tapi tetap kuat makan roti dan minum susuuuuuu.....
Ibu sibuk sekali larang saya jogetjoget dan mengoceh, kata Ibu nanti demamnya tidak turun kalau banyak goyang dan bicara
Jadi sekarang saya baring luruslurus dan tidak menjawab pertanyaan Ibu. Kan disuruh diam!!!
Tapi kok tidak enak yaaaaaa.....
"Ibu, kita lagalaga yuuuuk......"
Aaaaa... Ibu melotot lagiiiiii.....

Demam dan Monthly Test



Seperti biasa monthly test akan dilaksanakan Senin ini dan Attis mulai mencicil pelajarannya sejak Kamis kemarin.
Sayangnya dia tibatiba demam semalam, entah kenapa. Mungkin kecapekan, mungkin kurang istirahat, mungkin kurang minum. Tidak mau saya berpikir sakitnya ini akibat virus atau bakteri, atau penyebab yang lebih seram lagi.
Yang jelas sejak semalam kupeluk dia dan berdoa dalam hati supaya demamnya pindah saja ke saya.
Pagi ini demamnya turun, tapi badannya tetap hangat dikit, tapi dia minta belajar. Jadilah begini, setelah minum susu, sarapan dan minum obat, dia duduk bersandar membaca buku PKNnya sebagai cicilan untuk ulangan hari Selasa.
Doakan Attis cepat sembuh ya.
Semoga ulangannya lancar juga.

Guru




Ada frase lama berbunyi : "Guru itu diGUgu dan ditiRU" (sepertinya ini bahasa Jawa, karna tak ada dalam kamus bahasa Belandaku) memiliki makna dan falsafah bahwa sosok seorang guru dapat dipercaya dan ditiru.

Saya kurang setuju.
Karna ternyata yang saya alami, tidak semua guru dapat dipercaya dan ditiru. Guru itu memang selalu memberi kita contoh. Ada contoh baik, namun ternyata ada pula contoh yang kurang bahkan tidak baik.
Padahal sebenarnya dalam berbagai kegiatan berkehidupan, masyarakat berharap guru selalu jadi tauladan dan panutan.

Sebenarnya, saya tibatiba teringat saja tadi pagi, tapi baru sempat diketik sekarang, saat semua kesibukan sudah mereda, setelah selesai menemani kawan junior calon dokter bedah menyelesaiksn operasinya.
Sebenarnya, bukannya tidak percaya pada kemampuan junior saya, mungkin secara teori dia lebih pintar dari saya, tapi saya merasa memang sudah jadi tugas saya menemani dan membimbingnya sampai masa tugasnya berakhir di sini. Jadi bukanlah buangbuang waktu menenaninya setiap hari. Karna yang saya lakukan adalah memberinya bekal untuk dipakai kelak setelah dia selesai sekolah bedah.
Mudahmudahan semuanya contoh baik.
Saya berusaha menjadi guru yang baik, yang patut digugu dan ditiru.

Lantas guru yang memberi contoh yang kurang baik? Guru yang tak pantas digugu dan ditiru?
Suatu waktu dulu, saya kerap menemani seorang dokter anak praktek. Kadang saya datang awal, sebelum beliau datang.
Di luar tempat prakteknya sudah berjejer anak sakit beserta orangtuanya masingmasing yang berasal dari berbagai kalangan. Kaya, miskin, saudagar, PNS, nelayan, petani, tukang kayu, dan sebagainya.
Lalu dokter datang dan praktek pun dimulai.
Yang membuat saya miris, bila Ibu datang sambil menggendong anaknya yang beringus berpenampilan cantik, rapi dan bersih, maka serta merta sang dokter berujar keras, "Ya ampun Ibuuuu..... bagaimana anak ibu ndak sakit, Ibu terlalu sibuk urus diri sendiri, anak ndak diperduli!!!"
Tapi bila anak datang bersama Ibu yang hanya memakai daster dan bau bawang, maka dokter itupun mengomel, "Ckckck.... makanya anaknya sakit, Buuuuuu.... Ibu rantasa' sekali!!"
Dokter, taukah dokter masalah apa saja yang sudah dilalui si Ibu hari itu?
Sejak itu saya bersumpah tidak akan jadi dokter seperti itu.
Saya juga sangat ndak suka sama dokter yang mata duitan. Ah... memang dokter makin ditekan belakangan ini, masalah jasamediklah, remunerasi dan lainlain, tapi hendaknya jangan merugikan pasien, misalnya dengan demo atau aksi mogok pelayanan garagara jasamu disedikitkan, kawan. Jangan sampai amalan dan pahala kita buyar!!

Nah ini cerita sisi yang satu :
Bila mendapat guru yang baik, apalagi plus pintar dan perduli, biasanya saya langsung jatuh cinta. Saya contoh abisabisan! Andai bisa saya ikuti langkahnya ke manapun agar terkopi semuanya, pasti akan saya lakukan.
Misalnya yang satu ini.
Dia dokter bedah, tak usah disebut subspesialisasinya, nanti dia GR.
Caranya bicara pada pasien di poli, caranya cuci tangan dan membiarkan sabun steril tetap di tangannya tak dibilas lagi kecuali dengan alkohol di dalam OK steril, caranya pasang kain operasi, caranya insisi dan mengambil keputusan, caranya visite, caranya marahmarah bila ada tumpukan piring dan rantang kotor di bawah ranjang pasien, caranya membimbing anak didik, semuanya saya kopipaste!!
Ah.... banyak berkatta' dokter, banyak rejekita, selaluki sehat dan tetaplah begitu.

Duh paragraf berikutnya ini agak berat. Saya berkacakaca juga mengenang guru yang satu ini. Dia, Papa
Tau ndak, dulu saya sudah pula bersumpah bakalan jadi dokter yang tidak mata duitan sepertinya. Yang tegas pada aturan, tidak KKN, perhatian penuh pada tugas dan kewajiban.
Tau ndak, seorang perawat senior bilang memang saya mirip dia, jahilnya terutama, juga detailnya waktu wawancara pasien. Lama sekali urus 1 pasien di poli bedah. Hehehe... terlalu serius kopipaste, giq?

Guru itu mestinya selalu memberi contoh yang baik karena guru itu orang yang patut diteladani.
Yayaya...
Mudahmudahan Attis bisa juga selalu melihat halhal baik dalam diri Ibunya ini, amiiin

*happy starting weekend, friends
*banyak cinta, tawa dan bahagia buat kalian semua
💙💚💛💜

Happy Starting Weekend



Ini Jumat siangku,
Anda?

Happy starting weekend, friends

Uuuu.....



Dan kadangkadang Ibu puuuuuusing nak, puuuuuusiiiiiiiing...........

Antimeinstrim


Karna saia emang antimainstream

Bendera Brazil dan Duit 50rb



Apa hubungannya bendera Brazil dengan duit 50rb?
Jawabannya ndak ada
Tapi bagi Attis ada, punya hubungan, erat malah.

Pada suatu malam, setelah dia mengatur bukunya untuk dibawa ke sekolah esok hari dia ngomong gini ke saya, "Buuuu, I forgot bring my communication book today, so my teacher said that I should talk to Ibu, we should buy Ticket to Brazil!"
"Haaaa?? TICKET TO BRAZIL?"What is that mean, honey?"
Dia mengulangi, "I forgot to bring my communication book, so Miss Ocha couldnt write task for tomorrow!"
"Oh my...., so what is ticket to brazil? Where would we buy it?"
"I dont know..."

The next day... eh.... hari berikutnya, pernyataan yang sama dia ajukan tapi diperjelas, "Ibuuuu... it's not TICKET TO BRAZIL but COUPON TO BRAZIL!!"
"Oh my..... where will we buy it?"
"I dont know"
"Is there any film about Brazil that you and your friends will watch? At the theatre maybe?"
"I dont know"
"Or maybe a flag of Brazil? We can go to Gramedia to buy a flag of Brazil, right?"
""I dont know, Ibu.... maybe... yaaa a flag of Brazil....." suaranya agak tegas di akhir kalimat, matanya berbinarbinar
Asal tau saja, dia memang suka sekali melihat bendera berkibarkibar! Besar dan kecil, berwarnawarni, berbagai bentuk. Dia suka sekali dan berteriak kegirangan kalau melihat jejeran kain bendera melambai, sejak dia kecil!
"Okay, I'll talk to your teacher, about the Brazilian Flag"

Lalu saya menelpon gurunya.
Ini hasilnya : pada hari Jumat besok, akan ada bazaar di KFC, muridmurid akan membeli bazaar tersebut beramairamai dan belajar transaksi di kasir. Besaran belanja maksimal 45rb, jadi akan ada transaksi senilai itu di sana nantinya.
Dan yang dimaksud dengan COUPON TO BRAZIL itu adalah KUPON UNTUK BAZAAR

Attis, hampirki beli bendera nak....

Welphie



Tema malagalaga malam ini adalah borrow Ibu's cameraphone and then,
"Ibuuuuu..... lemmi take a picture of you!!"

"A picture? You mean 3 pictures of us and 6 pictures of you????"
"Hihihi.... collage them, Bu, and upload it to the facebook!"

*narsista', nak
*sapa are nacontohiiiiii.....

Sibuk


Apakah masalahnya ini orang?

Manismanis Dari Masa Kecil


Gulagula White Rabbit namanya, permen kelinci bekennya, yang rasanya manis, empuk, permen susu, dengan plastik agaragar yang dapat dimakan.
Di situ istimewanya, karena kuingat dulu sesekali main sulap untuk adikku Ari, membuka bungkus terluar, bungkus dalamnya tak dikupas tapi langsung dihaphap disertai ucapan, "Ari... Ari... kakak makan plastik, lihat? Simsalabim.... nyamnyamnyam...."
Dan si Ari menatapku dengan takjub
Tapi waktu itu dia masih balita, kalau sekarang sih, yang terjadi adalah dia merebut toples ini lebih dulu dariku.
Permen import dari China ini pada tahun 2008 pernah dicurigai mengandung melamin, tapi ternyata masih beredar di Indonesia dan di lebih dari 50 negara di seluruh dunia, dan tetap kubeli bila tertangkap oleh mata di toko swalayan. Harganya lumayan mahal dibanding permen lain, mungkin karena importan. Dibungkus tanpa merk dan kode produksi yang jelas dan siapa yang mendatangkannya ke Indonesia. Kadang dijual literan malah! Tak ada ekspired datenya juga! Ataukah sudah diproduksi di Indonesia? Ndak ngerti juga saya.
Yang jelas, seringlah kubeli! Karena suka banget dan selalu ingat cerita kecilku dulu saat ada yang mengisahkan bahwa permen ini oleholeh kenegaraan China kepada Nixon, Presiden Amerika saat datang berkunjung tahun 1972 (tahun kelahiran sapa tauk!!)
Ndak ngerti saya hubungannya di mana, pokoknya permen ini empuk, manis dan lengket di gigi

Lantas ada permen Haw Flakes, semacam confectionery atau manisan yang terbuat dari buah chinese hawthorn (Latin : spesies Cratageus finnatifida), bentuknya bulat lembaran berwarna coklat kemerahan, rasanya asammanis segar.
Permen ini ada permainannya juga dulu bagi saya dan temanteman dari abad yang lalu.
Bila anak lakilaki sukanya bertanding tepuk gambar (main wayang) dan yang kartugambarnya jatuh dengan posisi menghadap ke atas yang menang dan boleh mengambil kartugambar lawan, maka saya sebagai seorang anak perempuan aseli senangnya bertaruh dengan permen manisan ini!! Hahaha.... perempuan dan bertaruh.... sungguh aseli!!
Jadi, saya buka bungkus hawflakes, "Ayo bertanding!!" seruku, kubagi selembarselembar koin permen itu
Semua siap, memegang si koin hawflakes dengan posisi tegak di atas meja dengan telunjuk kiri lalu disentil (didatte'!!) dengan jemari kanan. Atau posisi sebaliknya bagi yang kidal.
Koin bulat hawflakes akan berputar. Yang paling lama berputar yang menang. Yang menang boleh mengambil hawflakes yang kalah!
Cara makannya tergantung seberapa suka kita pada rasa asammanisnya
Bila kita lagi manis dan sopan, mengambil 1 lembar, menggigitnya sedikitsedikit, tapi bila lagi gokil maka cukup membuka bungkus hawflakes dan memasukkan sekaligus 10 lembar koin permen tersebut.
Asam. Segar. Sensasinya beda.
Karenanya kami di Makassar menamainya Gollagolla Cambacamba, karena rasanya seperti buah camba/asam.

Masa kecil saya memang sibuk. Permen saja cukup menyibukkan.
Karena dulu ndak ada gadget.
Mainan lainnya paling ulartangga, halma, ludo, monopoli atau kwartet
Attis sekarang sudah punya 3 yang pertama.
Lain kali akan saya bahas semua, beserta taruhantaruhannya tentu 😀😀😀

Inside Though


Ndai mala marasa tau mua' ndai nasukkuri barakka'na

Gank Golla kambu



Dan pada suatu hari
Saat gank Golla Kambu berkumpul

Tak selalu bersua, beda kerja wara wiri
Rindu membukit mungkin seperti bisul

Sekarang, cobalah tebak apa yang terbagi
Cerita, cerita yang terurai tak lagi tersimpul

--botlem kafe gayagaya, 181015

Look, Who is the Boss?



With my favorite bajukaos when I was smaller,
And Ibu is very agree :D

Reading a Book



Reading The Magical Snowman as a homework
"Ibu, after finished reading this book, don't forget to sign my communication book!"
"Yayaya....., don't forget to wake me up then!"
"Ibuuuu! You should hear my reading, that's my teacher said, Ibu!"
"But Ibu is very mengantuk!! Could I sign it before you read it?"
"No, I read it first, then Ibu sign it!"
"Oh my..... and how many pages is it?"
"1...2...3... 12 Ibu"
"Oh my.... could you phone your teacher to come here and hear you read?"
"Ibuuuuuuu......!!!!"

Happy!!


Welcoming weekend !!
Salama'ki semua 💙💚💛💜💖

Golkam



Wajik atau baje' atau baye' atau golla kambu

Dibuat dari beras ketan, kelapa parut dan gula merah, dibungkus daun pisang kering, tanpa bahan pengawet makanan ini tahan berbulanbulan asal proses pembuatannya bersih
Kalau asalnya dari tanah Mandar, maka bentuknya seperti ini, bila bungkusnya dibuka tampaklah seonggok kecil penganan berwarna coklat merah, berkilau dan lengket, namanya Golla Kambu ato Baye'
Kalau dari tempat lainnya, lain pula bentuk dan namanya
Tapi semuanya memiliki rasa manis (sekali)

Bila ada kawan datang dari tanah Mandar, maka pesananku hanya ini
"Bawakan saya golla kambu, yaaa, " begitu pintaku selalu.
Belinya tidak sulit, mudah didapat di toko atau di rumah penduduk yang memproduksi oleholeh khas ini

Bila betul dibawakan sebagai buah tangan oleh kawan, maka dengan penuh kesyukuran dan kepelitanku, kusembunyikan hanya untuk diriku sendiri.
Orang lain tidak boleh dapat!
Orang lain tidak perlu tau, hahaha....
Mungkin aneh buat kalian tapi sesungguhnya terjadi! Kesyukuran dan kepelitannya, maksud saya! 😀😀😀

Mengunyah golla kambu perlahan bagi saya adalah prosesi unik, semacam ritual khusus yang sudah saya jalani sejak pulang PTT 14 tahun lalu.
Di setiap gigitanku itu selalu ada kenangan yang mengalir silih berganti, kenangan manis, kenangan pahit, kenangan heboh, semuanya.

Tentang rumah kecilku yang berwarna biru putih dan bertirai bungabunga biru kecil di samping Puskesmas Banggae II Majene,

Tentang anakanak kecil di sekitar rumah yang senang bermain di halaman yang luas, bahkan masuk nonton vcd film kartun, jumlah mereka tak kurang dari 10 orang, kadang semuanya kuangkut dengan ambulans L300 milik Puskesmasku ke dermaga Majene hanya untuk sekedar menghirup angin laut sore hari dan minum susu kotak seorang satu.

Tentang perkawananku yang aneh dengan seorang Dokter Nasrani Sangir dan seorang mbak Hindu Bali, kami bisa menangis lantas tertawa bareng setelah samasama menghayati beratnya kehidupan di Tanah Rantau

Tentang gelar Dokter Teladan Propinsi yang kudapat dari sana, waktu itu Mandar masih termasuk bagian Sulawesi Selatan, belum Barat

Tentang semua kawan dan keluarga di sana, di Tanah Mandar, tempatku menghabiskan masa PTT 3 tahun 6 bulan (3 tahun PTT resmi, 6 bulan kerja untuk WHO urus pasien Kusta
Kenangan tentang tempatku membagi ilmu dan memberikan pelayanan kesehatan di sana, tentang bagaimana hidup bermasyarakat
Kenangan tentang kasih sayang orangorang Mandar pada saya

Dan di sinilah saya dengan golla kambuku, melihat film lama terputar kembali di benak,
Indah....

Simpul Bahagia


Dia sudah bisa menyimpul sendiri tali sepatunya
Ada aliran sejuk di hati saya melihat kemampuannya ini

Mengikat tali sepatu membutuhkan kehalusan motorik dan keseimbangan
Hal sederhana yang kadang bikin kita gemas, selalu menolongnya dan akhirnya dia tidak pernah dibiarkan berlatih sendiri, lantas dicap manja atau bodoh.
Untuk menghindari cap itu, maka saya sebagai seorang Ibu yang tegar alaala tentara payung, tega dan keras hati, hanya mengajarnya di awal.
Dan kejadian yang selanjutnya adalah membiarkannya mengikat tali kets, longgar, dibukanya, disimpul lagi, pitanya ndak sama panjang, dibongkar lagi, disimpul lagi...

Sejak kelas 1 SDnya mulai, dia memiliki sepasang kets putih bertali
Mulanya, saya mengajarkannya menyimpul perlahanlahan.
Saya membentuk 1 pita yang dilingkarkan dengan bagian tali yang satu dan memunculkan pita baru, menariknya keluar dari lubang.
Sebenarnya cara ini lebih sederhana (walaupun menerangkannya lebih ribet :D )
Tapi ternyata Attis akhirnya lebih familiar dengan membentuk sekaligus 2 pita di depan, padahal cara itu lebih membutuhkan keahlian motorik halus lho!

Ah Attis, terima kasih sudah memberi kesempatan Ibu melihat pemandangan ini
Bahagia itu ada di sekitar kita
Bahagia itu juga ada di dalam hati kita

My Pray




Ya Allah, hanya kepadaTa' hamba menyembah, dan hanya kepadaTa'lah hamba meminta pertolongan
Satukan kerja otak mata, telinga, mulut, peraba, penciuman dan tangan hamba, demi pasienpasien hamba, setiap hari setiap waktu
Sehatkalah pikiran dan badan hamba selalu

Minta Doa


Kepalaku bulat, isinya otak dan nasi padang
Mau operasi siang ini
Mudahmudahan lancar
Doain ya...
Thanks

Suatu Malam di Tepi Pantai Losari



(Di depan penjual pisang epe langganan, sebetulnya!)

Kenapa ya banyak yang suka kegiatan nongkrong?
Dudukduduk bercerita, tanpa tema, bicara melompatlompat dari 1 topik ke topik lainnya.

Ningkrong bersama kawan sehati! Yayaya.... Kawan sehati itulah sebabnya!
Sehati itu tak berarti seide, belum tentu sama kompetensi keahliannya, bisa saja ndak seilmu, tidak seiyasekata, apalagi seagama, apalagi jenis kelamin, apalagi model rambut (ehm....) dan sepatu

Bisa saja semuanya berbeda, tapi sehati.
Dan sehati itu adalah bisa menerima semua kelebihan yang satu dan memaafkan kekurangan yang lain. Mampu mengerti apa yang diceritakan si A, padahal mungkin tak suka dan lebih seide dengan si B.
Perseteruan dan perseruan bila tak setuju, diiringi ejekan dan tawa lucu, tak pernah berakhir keras.

Jadi nongkrong itu nikmat dengan siapa saja, yang penting sehati!
Nongkrong pun bisa di mana saja, asal nyaman untuk berbagi cerita
Tak berarti pula diskusi harus sampai di resume karena banyaknya topik yang tercetus.

Waktu menjadi sangat singkat untuk itu.
Dan hilang sehari bisa sudah rindu

Antrian OK Siang Ini


"Dok, pasien struma stabil, tube sudah dilepas, sudah sadar baik, suara tidak serak, pindah ke recovery room ya Dok," kata perawat OK pada saya
Saya mengangguk, mendekati pasien yang 3 jam ini menemaniku dalam diam di OK. Dia masih terbaring di atas brankar setelah dipindahkan dari meja op, "Haiiiii..... operasinya sudah selesai ya dek, terimakasih tadi kamu ndak menyulitkan saya,"
Pasien menatapku heran, mungkin pikirnya, kenapa dokternya yang bilang terimakasih, "Saya yang terimakasih, Dok, terimakasih banyak." sahutnya pelan
"Samasama dek," senyumku lebar sambil menepuk lengannya ringan.
Iya, senyumku lebar karena pasien baikbaik saja.
Senyumku tampak lebar karena masker sudah kubuka.
Pasien itu didorong ke RR.

Perawat datang lagi, "Dok, pasien berikutnya langsung atau Dokter mau makan dulu?"
"Istirahat dulu deh, makan dulu..." sahutku
"OK Dok, tapi dr. Wahyu Wibowo dan dr. Azwar Amir juga ada jadwal jam 1 ini... sapatau dr. Agi mau duluan, karna pasien Obgyn ada antriannya juga?"
Saya membelalak "Ohyaaaa yaaaaa..... saya harus duluan, saya musti nomor 1!! Tidak boleh kalah sama 2 orang ituuuuuuhhhhh!! Kalian makanlah cepatcepat, tak usah dikunyah langsung telan saja yaaaaa.... trus kita mulai kerja pasienkuuhhhh...." seruku diiringi tawa perawat yang berhamburan pergi makan siang.

Dan inilah tampang saya, kak bowo dan bang azwar siang menjelang sore ini, saya selesai duluaaaaaan.....
Byebye semuanyaaaaa.....
Selamat bersesorean di OK, saya mau pigi bergaul dulu....

*Welcome weekend!
*Happy Friday everyone 😊😊😊
*happy starting weekend

The Job


Jam segini masih di kamar operasi, OK, Operatie Kamer, COT, Central Operating Theatre

Saat ibuibu yang lain sudah wangi karena sudah mandi sore, bermain atau mulai menyuapi balitanya, menyiapkan makan malam untuk keluarga tercinta, menemani anak belajar untuk ulangan besok, beebagi cerita dengan suami dan anakanak, pun menonton sinetron seri kesayangan, saya masih mengenakan setelan kebangsaan ini
"Apakah operasimu banyak?"
"Tidak juga," jawabku, "cuma memang tetekbengeknya sangat banyak."

Pertama pasien datang ke poli atau IRD atau konsulan dari teman sejawat
Saya perlu menjelaskan apa yang menyebabkan penyakit tersebut, bagaimana mengobatinya dan bagaimana pemulihannya
Biasanya penanganan bedah merupakan pilihan terakhir dalam pengobatan.
Biasanya.
Bila penyakit sudah tak dapat diobati dengan menelan, meminum, mengunyah, mengalirkan obat, maka mungkin pisau bisa menuntaskannya.
Mungkin, insya Allah
Di sinilah kami harus punya tenaga dan pengetahuan lebih banyak untuk berkomunikasi dan mengubah pemahaman pasien dan keluarganya, bahwa dia perlu dioperasi
Diterangkan, diceritakan, digambarkan, dibujuk sampai kadang stengah memaksa (hm.... menakutnakuti?)
Kadang kami terpaksa mengeluarkan kalimat tolotolo, "Pak, tidak mungkin kami membodohi bapak dan keluarga, bila memang penyakit ini ada obatnya yang bisa dimakan, masa tidak kami berikan? Lamaku kodong sekolah baru mauja pattolotoloi orang...."
Hahaha... gitu deh...
Bagaimana kalau pasien tetap tidak mau operasi? Silahkan tandatangan lembar penolakan tindakan dan byebyeeee.... salam sama yang di rumah yaaaa...

Lantas untuk yang bersedia, kami harus memantau hasil pemeriksaan penunjangnya, laboratorium, radiologi, EKG, danlainlain
Bila semua dalam batas normal maka kami harus mengkonsul ke ahli anestesi supaya pasien bisa segera dijadwalkan hari operasinya.
Bila ada yang tidak normal, maka harus dikonsul ke sejawat yang memiliki kompetensi menangani kelainan tersebut

Lalu, datanglah hari H
Operasi memperbaiki bentuk, menormalkan fungsi, mengeluarkan penyakit, mengurangi kesakitan, menyehatkan pasien adalah usaha manusia
Hasil akhirnya adalah ketentuan Tuhan.
Karenanya, tindakan operasi perlu usaha kita juga untuk memohon keridhaan Tuhan selalu.
Seeeeelaaaaaaaluuuuuu!!

Kadang operasi berjalan lancar, di sini kami tertawa dan menyerukan, "Horeeee... penyakitnya sopan, yaaa...., lancar mulus sukses!" Sambil bercandacanda setelah pasien stabil dan sadar baik

Kadang operasi mendapat kesulitan di tengah jalan, misalnya perdarahan yang sulit dikontrol, atau ternyata apa yang diliat mata manusia secara langsung (saat operasi) berbeda dengan hasil pemeriksaan pertama dan pemeriksaan penunjang pre operasi, kadang kami terpaksa memanggil keluarga pasien sampai masuk ke dalam kamar operasi untuk memperlihatkan "kesulitan" atau "keadaan" sedemikian.
Atau kesulitan lain, kehendak Tuhan yang tak terbaca sebelum operasi, tak teramal, tak dapat diketahui sebelumnya bakalan terjadi!
Saat itu kadang debaran jantung kami serasa sampai di leher, kepala pening, keringat dingin mulai berbintik (padahal OK dingin!), kadang ada penyesalan kenapa bisa terlibat dengan pasien tersebut, kadang mau menghilang saja rasanya dan tibatiba muncul di tempat nongkrong, bercengkerama dengan kawankawan, tidak susah hati begini....
Bisa membayangkan debaran jantung yang berpacu dengan keluarnya keringat dan ucapanucapan Subhanallaah dan Masya Allah bergantiganti, tanpa henti?
😯 Huh.... hadapi kenyataan!!
Bagaimana mengatasinya?
😯 Atasilah sendiri!! Kamu dokter bedah kan? Sudah sekolah 200 tahun, harus bisa mengatasi semua masalah doooong!!!

Arogan? Tidaklah!
Di zaman sekolah 200 tahun itu, kami diajari mengatasi keadaankeadaan sulit,
Tapi berhubung kami punya keterbatasan sebagai manusia, kadang perlu juga kami mengkonsul-di-atas-meja-operasi pada senior, teman sejawat yang sudah lebih berpengalaman menimba ilmu bedah selama 202 tahun.....
Biasanya bala bantuan akan datang beberapa saat kemudian, dan kami bersamasama menangani kesulitan tersebut
Makanya, HP tidak boleh lobet!
Makanya, hablum minannaas harus selalu baik!
Kalo ndak, bisa berabe!
Tapi kalau memang bisa diselesaikan sendiri, yaaaa cukuplah pengalaman sekolah 200 tahun tadi 😊

Trus ada cerita visite pasien pasca operasi, dilakukan berulangulang, tiap hari, terus menerus, sampai pasien pulang ke rumahnya.
Jadi kalau pasien dirawat 10 hari pasca operasi, 10 kalilah minimal kita menjumpai pasien tersebut
Ci luk baaaaa......
Saya menamakannya "Pigi cilukba ke kamar pasien"

Jadi, kalau jam segini masih di OK, ya wajar saja toh
Ini bukannya mengeluh, hanya curahan hati saya saja yang kayaknya sudah sakkulu dan mulai lapar
Tak perlu dibaca sampai akhir, tapi kalau sudah sampai sini ya memang sudah mau abis koq, jadi tanggung, bacalah hingga akhir!!

*Attis, tunggu Ibu datang ya nak, nanti Ibu temani belajar Bahasa Indonesia buat ulangan besok!
*Ibu masuk operasi dulu, ada opa kece yang perlu dikeluarkan penyakitnya sekarang

ellong maggere tellu




itu cuma judul, tak perlu menatap leher bergaris 3 itu, karena yang saya minta difokus adalah kalungnya, kalung manik pemberian seorang sahabat, kalung dari tana toraja, tanah impiannya
saya mau jadi peneliti, saya mau tinggal di beberapa tempat, saya mau menulis
terlalu banyak maumu, dek, seruku menahan tawa, karena yang kejadian dia hanya terdampar di makassar dan sibuk melakukan hal lain
begitulah kehidupan, kadang kenyataan tak sesuai citacita, dikejar sampai poso pun kalau tak berjodoh akan sulit realisasinya
tapi sepanjang kita menikmati kehidupan kita sekarang, tidak nengok kirikanan, maka akan damai bahagialah hidup kita.
seperti bahagianya saya mengalungi manik ellong maggere tellu ini
 

THE SOUL © 2008. Template Design By: SkinCorner