St. Elmo's Fire (David Foster)

We laughed
Until we had to cry
And we loved
Right down to our last goodbye
We were the best
I think we'll ever be
Just you and me
For just a moment

We chased
That dream we never found
And sometimes
We let one another down
But the love we made
Made everything alright
We shone so bright
For just a moment

Time goes on
People touch and then they're gone
And you and I
Will never love again
Like we did then

Someday, when we both reminisce
We'll both say
There wasn't too much we missed
And through the tears
We'll smile when we recall
We had it all
For just a moment

Time goes on
People touch and then they're gone
But you and I
Will never really end
We'll never love again
Like we did then

We laughed until we had to cry
And we loved right down to our last goodbye

Seventh December Twothousand and Ten


71210 : Happy anniversary, dear Bang Azwar, hopely we're always going thru in happily and healthy life! May God bless our togetherness !)

Sudah tujuh tahun kita mengayuh biduk ini berdua, Sayang.
Hari ini ingin kuhabiskan denganmu saja, tapi.... Attis banyak tingkah sekali, trus Ibu ngajak lunch di luar, trus jalanan rame, huaaaa..... when will you be mine, Hon? rengek kita tadi hampir bersamaan!
Hahaha... kayak anak kecil saja ya?
Tapi itulah kita, saling merengek dan menuntut waktu untuk bisa bersama di antara padatnya keseharian kita. Tapi yang tak kalah banyaknya juga saling membagi kebahagiaan tentunya!
Ada lagi satu pernyataan yang hampir bersamaan kita lontarkan dan kita iyakan tadi, lucu, tapi serius : "Selamat hari jadi, Sayang, tujuh tahun yang panjang sekaligus singkat yaaa....." begitu kirakira seruan kita tadi.
Memang sangat banyak kejadian yang terjadi selama tujuh tahun ini, rasanya sudah lama sekali waktu berlalu sejak kita berumahtangga, rasanya bukan tujuh tahun tapi sudah sekitar duaratus tahun! Tapi memang tujuh tahun. Kalo orang Inggris ngomong, "Seven years it is!" dengan penekanan pada bagian is-nya!
Tapi tujuh tahun itu kok rasanya singkat juga ya? Barubaru saja rasanya kita sungkem ke orangtua kita waktu nikah, padahal itu kejadian tujuh tahun lalu! Kalo orang Bugis bilang, "Cocok mi itu, kasi'na!"

Orang bilang, bila kau menginginkan sesuatu maka berusahalah dan memintalah pada Tuhanmu, Dia akan memutuskan kau akan mendapatkannya atau tidak. Dua faktor penting itu selalu beriringan, jangan sampe ada yang terlupa dan dilalaikan.
Dan dua faktor penting itulah yang selalu kita jalankan sekarang, bukan begitu, Honey?
Sebetulnya dari duluuuu sekali, bahkan sebelum kita bersama ya.

Hon, kita ceritakan kembali kisah kita dulu ya, saat kita mengharap dan berusaha dan berdoa.
Mungkin sudah ada yang tau, tapi buat yang belum tau, marilah kuceritakan :

Saat itu saya dan Bang Azwar belum menikah. Kami berkesempatan menunaikan ibadah haji bersamasama. Sebagai hadiah Dokter Teladan 2000, pemerintah ‘menugaskan’ kami menjadi dokter kloter haji tahun 2001. Tentu dengan senang hati kami menerima tugas mulia ini.


Kami sering shalat di depan Multazam, tempat paling barokah kata orangorang dan di depan Multazam itulah kami mendrop banyak doa, meminta kesehatan, memohon citacita kami dikabulkan, dan lainlain.
Hari itu, saya dan Bang Azwar duduk bersisian usai shalat ashar di tempat favorit kami tersebut. Kami masih duduk membaca doa dan terpekur untuk kesekian kalinya memandang takjub putaran jutaan manusia di bawah sana berthawaf. Mengelilingi Ka’bah 7 kali. Lantun doa terdengar gemuruh memberi warna tersendiri.

Saat itulah, terbang seekor burung merpati, rendah di atas kepala kami, berputarputar. Burung merpati memang sangat banyak jumlahnya di halaman mesjid, jinak, dan kami sering membeli 1 kantong biji gandum seharga 1 real untuk memberi mereka makan langsung dari telapak tangan kami. Menurut cerita orang, merpati adalah burung peliharaan nabi Muhammad SAW.

Merpati yang terbang di atas kepala kami tadi kemudian menjatuhkan biji gandum di atas sajadah kami. Sajadah saya dan sajadah Bang Azwar yang masih terhampar di hadapan kami. Saya tertawa dan berkata, “Lucunya burung itu, dia kira kita juga makan gandum kali ya?”
Bang Azwar juga ikut tertawa.
Lalu saya dan Bang Azwar mengumpulkan bijibiji gandum di atas kedua sajadah kami. Dari kedua alas sembahyang itu kami mengumpulkan biji gandum sebanyak tujuh. Biji gandum itu berjumlah tujuh. TUJUH. Angka yang oleh sebagian orang dianggap punya makna penting. Kami mencari lagi siapa tau ada yang masih tersisa, tapi ternyata sudah tidak ada lagi yang lain. Pun di atas lantai atau sajadah orang di sebelah kami.
Bang Azwar berkata, “Simpan saja, Gi!” setelah saya menyerukan jumlah tujuh biji gandum.
Kami menyimpannya hingga saat ini. BUkan untuk menjadi jimat, tapi hanya disimpan sebagai kenangan. Entah pertanda apa ketujuh biji gandum itu. Tapi kami berdua yakin pada waktu itu (dan sampai saat ini) bahwa Tuhan Yang Maha Tau dan Maha Penyayang memberikan tanda untuk menyatukan kami berdua. Amien...







Lalu, pada suatu malam, saat itu malam tahun baru Hijriah 1423, saya dan Bang Azwar mengambil keputusan untuk bermalam di Mesjidil Haram. Sudah jam 9 malam ketika kami sampai di mesjid. Saya ajak Bang Azwar untuk naik ke pelataran lantai 4, bagian mesjid yang tidak beratap, “Yuk kita lihat langit!” begitu ajakku. Bang Azwar mengangguk dan kami pun melangkah ke eskalator menuju lantai 4. Tidak ada orang yang mengikuti jejak kami. Suasana bagian mesjid ini sepi. Mungkin di pelataran di atas banyak orang ya? Begitu bathinku saat itu.
Sesampai di lantai 3, baru akan melangkah ke jejakan eskalator berikutnya, tibatiba, entah muncul dari mana, seorang wanita berjubah dan bercadar hitam datang dan berseru pada kami, “Hayya hajjah, hayya hajj,” lalu mengulurkan tangannya, ternyata dia memberikan 2 buah kembang gula berbentuk wajah orang, warnanya satu pink dan satunya lagi hijau. Kuambil dan kuserukan “Thankyou, hajjah!” lalu kami kembali mengamati kedua permen itu. Mungkin cuma tiga detik, mungkin lima detik, saat kuangkat wajahku, wanita berjubah itu sudah hilang. Kutengok ke eskalator turun dan yang naik, dia tidak ada. Mana mungkin dia menghilang begitu cepat? Saya dan Bang Azwar kembali terperangah merasakan keanehan/keajaiban ini.
“Mungkin tadi itu malaikat ya Azwar?” tanyaku dengan sepenuh heranku.
“Tapi permennya asli, Gi!”
“Iya tapi ke mana dia?”

Tidak ada orang lain di dekat eskalator itu, selain kami berdua!
Mungkin bila seperti di filmfilm, mustinya bisa kami lihat asapnya dulu sebelum dia betulbetul menghilang. Ah, dia raib terlalu cepat!
Saya tidak ingat apa saya memakan permen itu, kayaknya sih iya, yang saya ingat, Bang Azwar kuberi satu yang warna hijau.
Kembang gula berarti manis ya? Mudahmudahan hidup kami dipenuhi kemanisan, Insya Allah. Amien.


Begitulah.
Dan selama tujuh tahun ini kami telah melalui banyak hal bersama, suka dan duka, ada yang diberi pertanda sebelumnya oleh Tuhan, ada yang tidak. Tapi semua tetap menjadi berkah yang membahagiakan dan pelajaran yang menyenangkan dalam berkehidupan. Karena memang harus begitu. Tidak boleh ada yang disesali, malah harus disyukuri karena dalam doa kami selalu terikut kalimat, "Ya Tuhan, berilah kami yang terbaik!" Jadi kami percaya saja bahwa apa yang kami dapatkan itulah yang terbaik!

Jadi, semua pengharapan yang diiringi doa dan usaha memang HARUS dilakoni, lalu biarkan Tuhan yang memutuskannya.

Bukan begitu, Honey? Bang Azwar mengangguk dan tersenyum, mestinya menyetujuinya kan? Masa tidak setuju sambil tersenyum dan mengangguk? hahaha...
Papa sudah mengantuk, Attis juga sudah bobo, Rumah sudah senyap juga.
Tuhanku, lindungi dan berkahilah keluargaku selalu
Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu-lah kami memohonkan pertolongan.

Endless Summer Night (Richard Marx)

Summer came and left without a warning
All at once I looked and you were gone
And now you're looking back at me
Searching for a way that we can be
Like we were before

Now I'm back to what I knew before you
Somehow the city doesn't look the same
I'd give my life for one more night
Of having you here to hold me tight;
oh please
Take me there again
Oh, oh

Chorus:
And I remember how you loved me
Time was all we had until the day we said goodbye
I remember every moment
of those endless summer nights

I still recall the walks along the beaches
And the way your hair would glisten in the sun
Rising in the afternoon
Making love to you under the moon;
Oh-uh-oh

Do you remember all the nights we spent in silence
Every single breath you took was mine
We can have it all again
Say that you'll be with me when the sun brings your heart to mine
Oh, oh

Chorus:
And I remember how you loved me
Time was all we had until the day we said goodbye
And I remember every moment
of those endless summer nights

Bridge:
There's only so much I can say
So please don't run away
From what we have together
It's only you an me tonight
So let's stay lost in flight
Oh, won't you please surrender

Chorus:
And I remember how you loved me
Time was all we had until the day we said goodbye
And I remember every moment
of those endless summer nights

Chorus fade out

VISION (Cliff Richard)

Visions of you in shades of blue
Smoking, shifting, lazily drifting,
My darling, I miss you so.

Time goes by, no wonder my
Senses go reeling, your eyes so appealing
I see the whole night through.

When will we meet again? When? When? When?
When will we meet again? When? When? When?

I remember the days, beautiful days
Tenderly gleaming, my whole life seeming
To start and end with you.


 

THE SOUL © 2008. Template Design By: SkinCorner